Thursday, August 13, 2009

Mana Nasionalis-mu Bung !!!


Kurang dari seminggu lagi kita akan memperingati hari lahirnya bangsa ini. Tanggal 17 Agustus tinggal beberapa hari lagi, setiap orang tentu maklum bahwa pada tanggal tersebut harus diperingati dengan meriah. Setiap RT, RW, bahkan setiap gang, melakukan berbagai perayaan yang bertujuan untuk memeriahkan hari kemerdekaan ini. Beraneka ragam lomba diadakan, dari yang lomba olahraga yang umum sampai lomba yang aneh-aneh, dengan peserta anak-anak sampai kakek-kakek, bahkan ibu-ibu dengan balitanya juga. Setiap orang bergembira dengan perayaan ini, tidak terkecuali anak-anak yang tidak tahu-menahu dengan sejarah 17 Agustus.
Namun dibalik semua kemeriahan tersebut, ada sesuatu yang telah mulai luntur dan menghilang di hati mereka itu. Secara fisik saja, masyarakat mulai enggan untuk menancapkan merah putih di muka rumah masing-masing. Entah apakah belum punya bendera dan tiangnya, atau apakah malas untuk mendirikan tiang bendera dan mengibarkan merah putih sebagai perlambang rasa nasionalis. Perkara mengibarkan bendera ini nampaknya merupakan hal yang sepele. Namun jika itu sangat menyolok, tentunya menjadi pertanyaan yang serius.
Sampai saat ini, hanya kantor-kantor pemerintahan saja yang memasang umbul-umbul dan hiasan merah putih. Masyarakat sebagian besar masih belum memasang bendera merah putih. Sedangkan di toko-toko dan pusat perbelanjaan masih ramai dengan spanduk dan reklame iklan. Kondisi demikian tentunya memperihatinkan bagi penanaman nilai nasionalis kepada anak-anak dan remaja. Suatu saat mungkin anak-anak dan remaja akan melupakan sejarah 17 Agustus itu sendiri.
Marilah kita ingat kembali, pesan Demang Lehman sebelum beliau digantung oleh Belanda, “Tanah Banjar kada lapas matan Walanda, mun kada di palas lawan darah”. Pesan ini mensyaratkan kepada kita bahwa, kemerdekaan dan kebebasan yang kita rasakan sekarang, tidak di dapat dengan gratis. Belanda dan Jepang tidak pernah menghadiahkan kemerdekaan bangsa ini kepada kita. Ingatlah bagaimana penderitaan Pangeran Antasari dalam melalui berbagai pertempuran kemudian beliau harus menahan rasa sakit sehingga wafat di persembunyian. Kemudian pertempuran di Marabahan yang menewaskan Panglima Wangkang. Demikian juga tewasnya para pejuang-pejuang di Martapura, Kandangan, Amuntai, Pelaihari, bahkan daerah-daerah Kaltim dan Kalteng.

0 komentar:

 

Blogger news

Mobile Edition
By Blogger Touch