Sunday, July 26, 2009

Wisata Hati (1)


Foto dari http://id.wikipedia.org/wiki/Sunan_Ampel
Paparan dibawah ini hanya sekedar pengalaman pribadi yang penulis lakukan beberapa waktu yang lalu. Kebetulan mumpung berada di Jawa Timur, penulis berkesempatan untuk melakukan perjalanan wisata religi dengan tujuan berziaran ke makam-makam para Wali Allah di daerah Jawa Timur.
Hari pertama ditetapkan tujuan untuk mendatangi makam Sunan Ampel di Surabaya, makam Sunan Giri dan makam Syeh Maulana Malik Ibrahim di Gresik. Berangkat dari Malang yaitu tempat bermukim penulis sementara menuju Surabaya dengan menggunakan angkutan bis. Kalau anda dari luar Jawa Timur maka pintu gerbang masuk ke daerah ini adalah Surabaya, tepatnya kalau dengan pesawat udara maka anda akan masuk lewat Bandara Juanda. Dari bandara Juanda, anda dapat menumpang bis DAMRI yang akan menuju Terminal Purabaya Bungurasih, tarifnya Rp. 15.000. Kalau anda masuk lewat laut, maka anda masuk lewat Pelabuhan Tanjung Perak, dari pelabuhan lokasi makam Sunan Ampel tidaklah jauh, anda dapat naik angkot atau angkutan lainnya.
Dari Terminal Bungurasih perjalanan dilanjutkan dengan bis kota dengan tujuan JMP (Jembatan Merah Plaza), tarif yang dikenakan adalah Rp. 3.500. Sesampainya di JMP, penulis diantar dengan becak. Sebenarnya penulis tidak begitu suka naik becak, karena naik becak seakan menjadi beban bagi orang lain yang mengayuh becak dengan tenaga manusia ... Jaraknya sebenarnya tidak jauh, dan pada saat pulang, penulis hanya berjalan kaki.
Di lokasi, kita akan disambut sebuah gapura yang bertuliskan “MASJID SUCI AMPEL”. Memasuki gapura kita memasuki pasar yang diisi oleh pedagang-pedagang yang menawarkan barang dagangan khas dari timur tengah dan muslim. Mulai dari kurma, kopiah, tasbih, sampai baju muslim beraneka model. Setelah menyusuri pasar kira-kira sejauh 100 m, kita memasuki wilayah Masjid Ampel yang megah.
Lokasi makam berada di sebelah barat dari masjid. Ketika kita akan memasuki lokasi makam, kita diperingatkan untuk melepaskan alas kaki, tidak makan minum, dan tidak diperbolehkan mengambil foto di areal pemakaman Sunan Ampel. Areal pemakaman cukup luas, makam Sunan Ampel dan istri diberi pagar besi tersendiri, tidak berkubah atau cungkup, jadi seperti kondisi makam biasa yang terbuka, hanya diberi tanda nisan agak besar dan dibatasi pagar besi. Disamping pagar besi terdapat terdapat bangunan beratap yang diperuntukkan untuk peziarah untuk dapat berteduh dalam melakukan doa ataupun aktivitas ziarah lainnya.
Menurut sunatullah.com dalam Babad Gresik menyebutkan pada 1481, dengan candrasengkala ”Ngulama Ampel Seda Masjid”. Sunan Ampel wafat saat sujud di masjid. Serat Kanda edisi Brandes menyatakan tahun 1406. Sumber lain menunjuk tahun 1478, setahun setelah berdirinya Masjid Demak. Ia dimakamkan di sebelah barat Masjid Ampel, di areal seluas 1.000 meter persegi, bersama ratusan santrinya. Kompleks makam dikelilingi tembok besar setinggi 2,5 meter. Makam Sunan Ampel bersama istri dan lima kerabatnya dipagari baja tahan karat setinggi 1,5 meter, melingkar seluas 64 meter persegi. Khusus makam Sunan Ampel dikelilingi pasir putih. Setiap hari, penziarah ke makam Sunan Ampel rata-rata 1.000 orang, dari berbagai pelosok Tanah Air
Tidak ada hal yang istimewa dari Masjid Ampel dan makam Sunan Ampel, arsitektur masjid seperti kebanyakan masjid lainnya. Hanya daerah Ampel merupakan wilayah kota tua dari Kota Surabaya. Kebanyakan masih menyisakan bangunan-bangunan tua yang dibangun kira-kira sejak jaman penjajahan. Bangunan yang lebih bagus digunakan sebagai perkantoran, sedangkan yang lain berupa toko-toko tua yang diisi dengan barang yang diperdagangkan ke luar pulau Jawa.
Perjalanan kemudian penulis lanjutkan dengan tujuan Kota Gresik, yang berada di utara Surabaya. Di Gresik terdapat dua lokasi makam Wali Allah yaitu makam Sunan Giri dan Syeh Maulana Malik Ibrahim.
 

Blogger news

Mobile Edition
By Blogger Touch