Showing posts with label kompetensi guru. Show all posts
Showing posts with label kompetensi guru. Show all posts

Saturday, September 25, 2010

Kompetensi Guru dalam Efektivitas Sumber Belajar

Oleh : Ilham Alfian Nor, 2010


Sebanyak 69,7% responden menyatakan bahwa seorang guru harus memiliki kompetensi bidang studi dalam menggunakan sumber belajar ruang terbuka hijau sekolah (Alfian Nor : 2009)


Diperlukan kompetensi yang baik dalam penerapan strategi penggunaan RTH sekolah sebagai sumber belajar. Pengetahuan yang luas tentang karakteristik RTH sekolah sangat membantu dalam efektivitas dan efisiensi dalam pemanfaatannya sebagai sumber belajar. Karena tidak semua materi pembelajaran dapat menggunakan RTH sekolah sebagai sumber belajar. Diperlukan suatu kemampuan (kompetensi) untuk merancang dan mengorganisasikan agar RTH sekolah dapat diadopsi sebagai salah satu sumber belajar. Dengan demikian, guru harus selalu menambah kemampuan penguasaan terhadap materi pembelajaran ataupun strategi pembelajarannya, termasuk kemampuan dalam pengelolaan kelas. Hal yang demikian juga diperkuat dengan tulisan Murwani (2006) yang mengatakah bahwa guru harus terus menerus mengaktualisasikan diri, belajar memperluas dan memperdalam pengetahuannya agar dapat memfasilitasi siswa dalam belajar. Guru harus membuat dirinya kompeten dan profesional. Hal ini berarti guru perlu secara terus menerus mengembangkan kemampuannya dalam menguasai disiplin ilmu yang diajarkannya serta metode pembelajarannya.
Salah satu fungsi guru adalah sebagai pengelola kegiatan belajar mengajar. Sebagai pengelola pembelajaran (learning manager), guru berperan dalam menciptakan iklim belajar yang memungkinkan siswa dapat belajar secara nyaman. Melalui pengelolaan kelas yang baik guru dapat menjaga kelas agar tetap kondusif untuk terjadinya proses belajar seluruh siswa (Muhibbuddin : 2008). Sehingga kemampuan pengelolaan kelas sangat penting untuk dikuasai oleh guru, apalagi untuk model pembelajaran di luar kelas. Karena dalam pembelajaran di luar kelas, misalnya di RTH sekolah, siswa merasa lebih bebas dan cenderung mudah melakukan kegiatan tidak terarah. Jika hal demikian tidak dikelola, maka proses pembelajaran akan terganggu, bahkan nyaris tidak memiliki nilai lebih dibanding dengan pembelajaran di kelas.
Agar tercapai optimalisasi proses pembelajaran, sangat diperlukan motivasi seorang guru. Karena motivasi guru dapat mempengaruhi kualitas pembelajaran semakin tinggi motivasi kerja guru, maka semakin meningkat pula kinerja guru tersebut. Sehingga dengan motivasi yang tinggi, diharapkan proses pembelajaran dengan menggunakan RTH sekolah sebagai sumber belajar akan optimal.
Dalam hal pemberian insentif bagi guru yang menggunakan RTH sebagai sumber pembelajaran merupakan salah satu upaya dalam memotivasi guru agar dapat merubah proses pembelajaran agar lebih berkualitas. Karena secara naluri, seseorang yang ingin mendapatkan imbalan maka akan berupaya untuk menghasilkan sesuatu dengan lebih baik. Menurut Rahardja (2004), beberapa hal yang mempengaruhi tinggi rendahnya motivasi guru, antara kesesuaian imbalan yang diterima dan keahlian yang dimiliki, latar belakang pendidikan dan pekerjaan misalnya: bidang studi yang diajarkan, serta kepuasan karena terpenuhinya kebutuhan. Sehingga pemberian insentif termasuk hal yang penting dilakukan dalam upaya merubah gaya pembelajaran untuk menggunakan sumber belajar selain guru, misalnya RTH sekolah.

Tuesday, April 20, 2010

Mempersiapkan Guru untuk Masa Depan

Sungguhpun sudah begitu banyak upaya dan kegiatan untuk meningkatkan mutu guru, hasil-hasil evaluasi tahap akhir siswa menunjukkan bahwa nilai mereka belum mengalami kenaikan yang berarti. Meningkat Sudah barang tentu dapat disimpulkan bahwa penataran yang telah dilaksanakan telah berhasil meningkatkan mutu guru, tetapi belum berhasil meningkatkan mutu kerja guru, sehingga mutu siswa belum meningkat. Barangkali dilihat dari semboyan PKG: Dari Guru-Oleh Guru-Untuk Guru, tujuan PKG sudah dicapai. Mungkin semboyannya perlu diubah, menjadi: Dari Guru, Oleh Guru, Untuk Guru dan Siswa. Mengapa mutu guru telah berhasil ditingkatkan tetapi kemampuan kerja guru belum meningkat? Salah satu jawaban bisa kita kembalikan pada salah satu karakteristik kerja guru, yakni guru adalah pekerjaan yang tidak pernah mendapatkan umpan balik. Hal ini logis, karena tanpa umpan balik guru tidak tahu kualitas apa yang dikerjakan, tidak tahu di mana kelemahan dan kelebihannya, dan akibatnya guru tidak tahu mana yang perlu ditingkatkan.
Oleh karena itu, nampaknya di samping meneruskan kegiatan pembinaan yang telah ada selama ini, pembinaan guru diarahkan untuk mengembangkan suatu sistem dan teknik bagi guru untuk bisa mendapatkan umpan balik dari apa yang dikerjakan dalam proses belajar mengajar. Dua model peningkatan mutu yang perlu dipertimbangkan adalah a) memperkuat hidden curriculum dan b) mengembangkan teknik refleksi diri (sefl-reffection).

Hidden curriculum
Hidden curriculum adalah proses penanaman nilai-nilai dan sifat-sifat pada diri siswa. Proses ini dilaksanakan lewat perilaku guru selama melaksanakan proses belajar mengajar. Untuk menanamkan sikap disiplin, guru harus memberikan contoh bagaimana perilaku mengajar yang disiplin. Misalnya, memulai dan mengakhiri pelajaran tepat pada waktunya. Kalau guru bertujuan menanamkan kerja keras pada diri siswa, maka guru memberikan tugas-tugas yang memadai bagi siswa dan segera diperiksa dan dikembalikan kepada siswa dengan umpan balik. Pengembalian tugas-tugas siswa tanpa ada umpan balik pada kertas pekerjaan secara langsung akan menanamkan sifat tidak usah kerja keras. Karena siswa beranggapan kerja mereka tidak dibaca guru.
Kegiatan pembinaan yang diperlukan adalah:
1. Mengkaji secara lebih mendalam makna hidden curriculum.
2. Secara sadar merancang pelaksanaan hidden curriculum.
3. Mengidentifikasi momen untuk melaksanakan hidden curriculum.

Self-reflection
Self-reflection adalah suatu kegiatan untuk mengevaluasi proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan untuk mendapatkan umpan balik dari apa yang telah dilakukan. Umpan balik tersebut antara lain berupa: a) pemahaman siswa tentang apa yang telah disampaikan, b) perilaku guru yang tidak efisien dan tidak efektif, c) perilaku guru yang efisien dan efektif, d) perilaku yang perlu diperbaiki, e) perilaku yang diinginkan oleh siswa dan, f) perilaku yang seharusnya dikerjakan. Berdasarkan self-reflection inilah guru akan memperbaiki perilaku dalam proses belajar mengajar.
Paling tidak ada dua cara bagi guru untuk melakukan self-reflection, yakni: a) guru menampung pendapat siswa pada setiap akhir kuartal dan, b) guru malaksanakan action research. Cara yang pertama dilakukan lewat cara guru mengembangkan pertanyaan-pertanyaan yang mengungkap bagaimana perilaku selama mengajar, dan memberikan pertanyaan-pertanyaan tersebut untuk dijawab oleh siswa. Berdasarkan jawaban tersebut guru akan mendapatkan gambaran diri pada waktu melaksanakan proses belajar mengajar.
Action research, sebagai cara kedua, merupakan kegiatan meneliti sambil mengajar atau mengajar yang diteliti. Siapa yang mengajar dan siapa yang meneliti? Guru sendiri yang melakukan keduanya datam waktu yang sama.
 

Blogger news

Mobile Edition
By Blogger Touch